Ketika Makanan Jadi Masalah: Mengenal Ancaman Food Waste terhadap Stabilitas Iklim
Teknokra.id - Setiap membicarakan tentang perubahan iklim, kita seringkali hanya berfokus pada aspek aspek yang skala nya besar saja seperti emisi yang berasal dari sisa aktivitas industri ataupun dari penggunaan kendaraan bermotor.
Hal itu tentu memegang peran dan tanggung jawab yang cukup besar terhadap kestabilan iklim kita. Namun, ternyata dibalik itu semua ada aspek lain yang justru menjadi salah satu penyebab utama terhadap rusaknya iklim di bumi yaitu Food Waste atau limbah sisa makanan.
Limbah sisa makanan atau biasa dikenal dengan Food Waste merupakan limbah yang dihasilkan dari bentuk makanan saji atau siap santap yang masih layak konsumsi ataupun sudah tidak layak dikonsumsi, makanan tersebut hanya terbuang begitu saja tanpa adanya proses lanjutan yang ternyata memunculkan dampak negatif disekitar kita.
Foto: Gilang Permana, Lok, TPA Bakung, Bandar Lampung. |
Pengulangan kebiasaan tersebut akan dapat memicu penurunan kualitas dari makanan itu sendiri atau bahkan bisa dipicu dari pola kehidupan masyarakat sekarang yang menganggap menyisakan makanan adalah hal yang masih diatas wajar dan normal.
Dampak dari kebiasaan membuang makanan tidak hanya mempengaruhi pengeluaran finansial untuk makanan itu saja namun, disisi lain juga dapat memberikan dampak buruk yang mengancam kesehatan masyarakat.
Yang mana, makanan sisa yang dibuang nantinya akan menumpuk di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Ketika limbah makanan dibuang ke TPA, maka limbah tersebut akan membusuk dan melepaskan gas metana (CH4). Gas metana sendiri merupakan gas rumah kaca yang memiliki potensi pemanasan global 25 kali lebih tinggi daripada karbon dioksida (CO2).
Hal ini sangat mungkin terjadi, apalagi jika kita melihat bahwa rata-rata pengolahan sampah di seluruh TPA yang ada di Indonesia masih menggunakan metode Open Dumping atau pengolahan secara terbuka yang berpotensi lebih besar untuk melepas gas metana ke atmosfer.
Berdasarkan data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, pada tahun 2022, jumlah tumpukan sampah di Indonesia mencapai 36 juta ton per-tahunnya. Dan dari grafik yang disajikan, dari 36 juta ton tumpukkan sampah tersebut didominasi oleh limbah sisa makanan yang ada, banyaknya mencapai di angka 40,2%.
Kemudian disusul oleh sampah plastik yang mencapai angka 18,1%. Tentu saja itu merupakan angka yang cukup besar untuk sebuah limbah perusak iklim di bumi. Sebagian besar dari limbah makanan itu ternyata dihasilkan dari limbah rumah tangga, dan limbah tersebut berkaitan langsung dengan gaya hidup konsumtif masyarakat sekarang.
Ada banyak tempat seperti cafe,
resto, toko kue, perhotelan, dan lainnya juga punya andil yang cukup besar terhadap
limbah makanan yang dihasilkan. Disektor ini biasanya limbah yang ada disebabkan oleh sisa-sisa dari konsumen dan produsen. Seperti sisa makanan yang tidak terjual, atau bisa dari makanan yang tidak
layak konsumsi akibat kegagalan saat produksi.
Dari semua dampak negatif yang terjadi, ternyata masih ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan ini, mulai
dari cara sederhana untuk tidak menyisakan makanan sampai langkah mitigasi pengolahan food
waste yang lebih besar.
Kesadaran masyarakat akan dampak buruk dari food waste terhadap perubahan iklim harus menjadi prioritas utama. Mulai dari hal kecil dengan membatasi pemborosan makanan yang perlu dijadikan gerakan bersama untuk dilakukan oleh individu hingga korporasi besar. Mengubah perilaku konsumtif juga perlu agar masyarakat mempunyai perilaku yang lebih bertanggung jawab terhadap makanan sehingga hal itu dapat menjadi langkah awal yang bisa kita ambil.
Gerakan komunitas yang peduli terhadap hal ini juga perlu didukung, langkah-langkah yang diterapkan oleh komunitas biasanya dengan mengumpulkan makanan yang masih layak konsumsi dari pertokoan dan retail untuk dibagikan kepada yang membutuhkan. Hal itu bisa menjadi salah satu contoh implementasi yang konkrit dari penyelesaian masalah food waste. Dari contoh tersebut, ternyata kita dapat mengolah limbah yang sudah tidak layak konsumsi dengan beberapa metode yang dapat diterapkan seperti dibawah ini:
- Proses komposting, di mana bahan organik diurai oleh mikroorganisme menjadi humus yang dapat digunakan sebagai pupuk alami.
- Pengelolaan energi biomassa, dimana Limbah food waste diolah secara anaerobik untuk menghasilkan biogas, campuran gas metana dan karbon dioksida yang dapat digunakan sebagai sumber energi.
- Pengolahan Insecta, dimana kita memanfaatkan maggot atau larva dari lalat Black Soldier Fly (BSF) sebagai makanan nya untuk mengurai limbah makanan.
- Sebagai pakan ternak, dimana limbah makanan dimanfaatkan untuk campuran pakan ternak sebagai sumber nutrisi alami.
Jika melihat dari bagaimana parahnya kondisi bumi kita sekarang, tentunya kita tidak lagi hanya sekedar “biasa-biasa saja" dalam menghadapi krisis perubahan iklim yang terjadi. Namun, langkah kecil yang telah kita lakukan sekarang bisa menjadi investasi jangka panjang untuk keberlanjutan lingkungan yang akan berakibat langsung terhadap pemulihan kondisi bumi.
Untuk itu, mari bersama-sama memulai perubahan dengan menjaga stabilitas iklim bumi. Sekian dulu informasi yang dapat kami sampaikan, nantikan terus informasi menarik lainnya. Sampai jumpa (Penulis: Gilang Permana).